بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
RAJA ACEH YANG ARIF
SULTHAN ISKANDAR MUDA MEUKUTA ALAM
Iskandar Muda
Meukuta Alam yang lahir pada tahun 1590 M (1001 H)murupakan anak dari laksamana
Muda Maha Raja Mansur Syah dan Puteri Raja Indra Wangsa. Ayahnya adlah putera
dari Abdul Jalil, putera Sulthan Alaiddin Ri’ayat Syah II Abdul Kahhar yang
memerintah pada Tahun 945-979 H / 1539-1571 M. Ibunya adalah Puteri dari
Sulthan Alaiddin Riayat Syah IV Sayyidil Mukammil yang memerintah pada tahun
997-1011 H / 1589-1604 M. Kalau dilihat dari keturunan Beliau, Sultha Iskandar
Muda adalah keturunan para pembesar Aceh, yakni pihak ayahnya adalah cicit dari
Al-Kahhar dan pihak ibunya adalah cicit Al-Mukammal.
Khabarnya, ketika
ibu Iskandar muda mengandunginya, pernah bermimpi bahwa pada suatu malam bulan
dan bintang menyinarinya, dan ketika ibunya mengandung Sembilan bulan bermimpi
pula disinari bunga-bunga karang. Mimpi seperti ini pernah terjadi beberapa
kali sehingga sang ibu menceritakan kepada ayahnya, dan sang ayah pun
menasehati serta member gambaran bahwa anak yang akan lahir memiliki kelebihan
dari pada manusia lainnya.
Menurut catatan
dalam hikayat Aceh, setelah Iskandar Muda lahir kedunia langsung didatangi oleh
seorang ahli hikmah Hakim Mahmud. Beliau menerangkan bahwa anak ini akan
memperoleh sebuah kerajaan besar suatu ketika nanti.
Ketika Iskandar
Muda Berumur 2 tahun, terjadilah sebuah peristiwa yang sangat besar di laut Aru
antara armada Portugis dan Johor dengan armada Aceh. Portugis merasa tidak
sanggup menghadapi Aceh sendirian, maka dipengaruhilah Johor yang ketika itu
masih menaruh dendam terhadap Aceh karena datok raja Johor Sulthan Mansyur Syah
Perak terbunuh di Aceh pada tahun 995 H / 1586 M. Dalam peperangan tersebut
armada Portugis dan Johor dipimpin oleh Meurah Miru, sementara armada Aceh
dipimpin oleh Laksamana Maharaja Mansur Syah (Ayah Iskandar Muda) di sisi
lainnya Laksamana Malahayati memimpin Armda Inong Balee.
Pertempuran yang
dahsyat dan Syahidnya Ayah Laksamana Maharaja Mansur Syah sebagai panglima
gabungan dari kerajaan Aceh Darussalam dan Laksamana Muda sa’ad Sri Udahna
sebagai wakil dari panglima pasukan Inong Balee, berakhir dengan kemenangan di
pihak Aceh. Peperangan yang dipimpin panlima tertinggi Sulthan Riayat Syah IV
Saidil Mukammil tersebut dikenal dengan perang Teluk Aru.
Syahidnya
Laksamana Maharaja Mansur Syah bermakna awal dari suasana janda menimpa Puteri
Maharaja Indera Wangsa dan Yatim Menimpa Iskandar Muda yang masih berusia 2
tahun. Keadaan ini membuat tuan Puteri
harus memikirkan kemandirian hidup untuk membsarkan putera kesayangannya
Iskandar Muda sehingga dapat membela kematian ayahnya. Semenjak itu tuan puteri
membuai sang Putera dengan Kalimah Tauhid sebagai didikan khas bagi
setiap bayi di bumi Aceh, diantara Sya’irnya adalah:
Laa Ilaha Illallah
Kalimah Tayibah Payong Page
Muhammadur Rasulullah
Kalimah Syahadah Pangkai Tamatee
Beurayek Aneuk Ulon Beubagah
Tung Bilah Ayah Jipoh Lee Kaphee
Meunyoe Na Bagi Deungoen Tuwah
Allah Neupeuhah Jalan Meusampee
Neng-neng Bo Neng-neng Bo
Peuraho Pawang Jih Hana
Keunoe Aneuk Ehlam Dodo
Ateuk Kasoe Geu Ayoen Lee Ma
Do Ida Idi Do Ida Idi
Bineh Pasi Aron Meubanja
Teungeut Aneuk Eh Lam Dodi
Keumbe Bundi Keu Ayeum Mata
Do Ida Idang Do Ida Idang
Geulayang Blang Ka Putoh Taloe
Beurijang Rayek Perkasa Alam
Jak Puga Prang Peu Aman Nanggroe
Do Ida Ido Do Ida Ido
Allah Hai Do Kudoda Idi
Teuingat Untong Ie Mata Ro
Reukueng Pih Thoe Crah Ngoen Bibi
Hit Sang Hit
Umoeng Le Pade Jih Dit
Bukoen Le Sayang Perkasa Alam
Keubah le Ayah Mantoeng Ubit
Soe Nyang Papah, So Nyang Sayang
Teukeudirullah Ayah KA Syahid.
|
Laa Ilaha Illallah
Kalimah Taybah Pelindung Nanti
Muhammad Rasul Allah
Kalimah Syahadah Pengantar Mati
Lekaslah dewasa anakku saying
Ayahanda syahid dibunuh kafir
Belalah ayah turun berjuang
Allah lapangkan jalan ke hilir
Neng-neng lonceng berbunyi
Perahu berlayar pawing tiada
Mari anakku buah hati
Tidur dalam Pangkuan bunda
Buai-buai buailah saying
Di pasir putih berbaris cemara
Tidur anakku dalam buaian
Sangkar Perda ayapan mata
Bobok Boboklah intan
Layang-layang putus talinya
Lekaslah besar perkasa Alam
Pimpinlah perang bela Negara
Buai-buai Buailah gunung
Aduh hai sayang kekasih bunda
Terkenang nasib berhati murung
Patah lidah suara tiada
Hit-hit suara pipit
Sawah banayak padi sedikit
Sayang anakku perkasa Alam
Ayah pergi dimasa Bayi
Siapa gerangan Pengasuhmu saying
Suratan takdir ayahanda syahid
|
No comments:
Post a Comment